Last night was one of the best night ever x')!
\m/
Pemimpin yang buruk sekalipun adalah seorang mentor yang baik. Mentor yang mengajarkan secara tidak langsung nilai-nilai yang tidak patut ditiru. :)
Tidak salah memang, bila dikatakan bahwa komunikasi merupakan masalah terbesar manusia. Ia adalah satu hal yang digunakan oleh manusia untuk dapat berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lain. Apalagi, salah satu kebutuhan paling dasar manusia adalah saling memahami dengan orang lain. Manusia, sebagai makhluk sosial, sungguh memerlukan manusia lain utk menjalin hubungan, bertukar pikiran, berbagi dan bekerjasama. Sayangnya, banyak dari kita yang tidak tahu cara berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi yg tdk lancar dpt menimbulkan banyak kesalahpahaman, prasangka, asumsi, &berbagai emosi yg seharusnya tdk perlu ada. Ketiadaan komunikasi dapat menyebabkan banyak masalah juga memperburuk masalah yang sudah ada. Sebenarnya, apa yang menyebabkan komunikasi kita dengan orang lain terhambat? Salah satunya masalah kebiasaan.
Kita tidak terbiasa untuk selalu mengungkapkan apa yang kita rasakan pada orang lain. Bahkan, kita mungkin juga tidak mengenali apa yang sedang kita rasakan, mengapa kita merasakannya dan apa yang bisa kita atau orang lain lakukan untuk membantu mengubahnya. Kt tdk terbiasa menganalisa pikiran dan perasaan kt, karenanya, kt jg kemudian kesulitan untuk menjelaskannya pada orang lain. Kesulitan ini menyebabkan maksud kita yang sebenarnya jarang tersampaikan dengan baik.
Ketika kita merasa marah misalnya, ada banyak emosi lain yang bisa menyebabkannya. Rasa takut, khawatir, atau bahkan kesedihan. Hanya saja, kita tidak selalu menyadarinya. Hasilnya, ketika kt meluapkan amarah kt itu pada orang lain, orang itu hanya menangkap marah kt, merasa terluka atau ikut emosi. Padahal, bila kita mampu menyampaikan penyebab kekesalan kita itu dengan baik, pesan yang ada di dalamnya dapat diterima dan dipahami dengan lebih baik oleh orang tersebut.
Umumnya, kita juga lebih terbiasa membicarakan kekurangan atau kesalahan orang lain kepada semua orang kecuali orang tersebut atau menunjukkan emosi kita melalui tindakan daripada kata-kata. Keduanya tidak menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi membuatnya lebih buruk krn org yg bersangkutan tdk mengerti dg jelas apa yg kt rasakan&apa yg bisa dia lakukan bila itu memang berkaitan dg dirinya. Sebaliknya, kt jg seringkali tdk meluangkan waktu utk berusaha memahami orang lain dan alasan2 di balik perilaku mereka. Kita juga kerap tidak memberi mereka kesempatan untuk menjelaskan perasaan, sudut pandang, dan pilihan-pilihan mereka. Kita cenderung berprasangka, berasumsi, atau malah langsung menghakimi. Mungkin krn kita takut, atau karena kita terlalu sibuk dengan perasaan2 kita sendiri yang belum terpahami dan terselesaikan.
Kemampuan kita dalam memahami diri sendiri mempengaruhi kemampuan kita dalam memahami orang lain. Karenanya, kita perlu belajar mengenali berbagai emosi yang kita rasakan serta penyebab emosi tersebut kemudian memberanikan diri untuk menyampaikannya pada orang lain dengan cara yang baik dan jelas. Tentu saja, kita juga harus melatih diri untuk lebih peduli pada perasaan orang lain, mau berempati, berprasangka baik dan menjadi pendengar yang lebih baik untuk mereka.
Aiysah ra. berkata: “Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.” (HR. Abu Daud).
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. tidak pernah berbicara dengan seseorang melainkan beliau menghadapkan wajahnya ke wajah teman bicaranya lalu Rasulullah saw. tdk akan berpaling dr wajah seseorang sebelum ia selesai berbicara. (HR. ath-Thabrani).